Perkembangan kematangan seksual tikus sawah jantan
dan betina berlangsung seiring dengan pertumbuhan tanaman padi. Sebagian besar
tikus sawah telah siap kawin pada stadium padi bertunas maksimum dan tikus
betina mulai beranak pada awal stadium padi generatif. Pola siklus
perkembangbiakan tikus sawah mengikuti perkembangan stadium padi dan terjadi
tiga kali periode kelahiran selama stadium padi generatif. Pada setiap
kelahiran tikus dihasilkan anak rata-rata 10 ekor setiap kelahiran. Jumlah anak
tertinggi terjadi pada periode kelahiran pertama dan menurun pada periode
kelahiran berikutnya. Individu tikus sawah betina berkemampuan melahirkan anak
sampai empat kali. Tikus sawah berkembangbiak terutama di habitat tanggul
irigasi. Tumbuhnya ratun padi pada periode bera dapat memperpanjang periode
perkembangbiakan tikus. Dalam satu musim tanam padi satu ekor tikus betina
berpotensi berkembangbiak sehingga menjadi 80 ekor tikus.
Struktur populasi tikus sawah mempunyai nisbah
kelamin sama antara tikus jantan dan betina dan tidak terjadi perubahan nisbah
kelamin yang signifikan selama periode pertumbuhan padi dan periode bera.
Sebagian besar tikus sawah di lapangan hanya mencapai umur enam bulan atau
selama satu musim tanam padi dan bera. Tikus-tikus yang berumur lebih dari enam
bulan relatif jarang ditemukan di lapangan. Pada stadium pada generatif
populasi tikus didominasi oleh tikus berumur satu sampai dua bulan, pada
periode bera tikus berumur tiga sampai empat bulan dominan dan pada stadium
padi vegetatif didominasi oleh tikus berumur enam bulan.
Di
ekosistem sawah irigasi, habitat yang paling banyak dihuni oleh tikus sawah
adalah habitat kampung dan tanggul irigasi. Pada periode bera sebagian besar
tikus sawah bermigrasi menuju ke perkampungan untuk berlindung dan mendapatkan
pakan altematif. Tikus sawah tersebut akan kembali lagi ke sawah setelah ada
pertanaman padi. Puncak kembalinya tikus sawah dari kampung menuju ke
persawahan terjadi pada stadium padi generatif. Habitat kampung dipastikan
merupakan habitat perlindungan tikus sawah paling utama selama periode bera dan
merupakan sumber infestasi tikus sawah untuk tanaman padi pada setiap musim
tanam. Faktor utama penyebab peningkatan popula tikus sawah adalah tersedianya
pakan padi, sehing terjadi kelahiran tikus yang cepat (tiga kali kelahiran pada
stadium padi generatif dan menyebabkan peningkatan kerapatan populasi yang
tinggi pada periode bera. Pakan padi stadium generatif merupakan pakan tikus
yang berkualitas tinggi dan berpengaruh nyata terhadap peningkatan berat badan
tikus. Tikus sawah tanpa adanya tanaman padi tidak berkembang biak dan
terjadinya kematian. Ratun padi merupakan pakan altematif penting bagi tikus
sawah pada periode bera dan memperpaniang periode perkembangbiakan. Penurunan
populasi tikus terjadi sangat tajam setelah periode bera bulan kedua, karena
migrasi tikus akibat hilangnya pakan padi (panen), terjadinya gangguan habitat
tikus karena proses budidaya padi dan aktivitas pengendalian tikus oleh petani.
Curah hujan tidak menyebabkan turunnya populasi tikus sawah. Peran pemangsa
tikus relatif kecil dalam regulasi populasi tikus sawah di ekosistem sawah
irigasi, karena keberadaan jenis pemangsa tikus sangat jarang ditemukan.
Prevalensi infeksi cacing hati pada tikus sawah tinggi, tetapi tidak
menyebabkan kematian tikus sawah secara langsung.
Setidaknya ada sembilan cara
pengendalian hama tikus sawah:
- Tanam dan panen serempak. Dalam satu hamparan, diusahakan selisih waktu tanam dan panen tidak lebih dari 2 minggu. Hal tersebut untuk membatasi tersedianya pakan padi generatif, sehingga tidak terjadi perkembangbiakan tikus yang terus menerus.
- Sanitasi habitat. Dilakukan selama musim tanam padi, yaitu dengan cara membersihkan gulma dan semak-semak pada habitatutama tikus yang meliputi tanggul irigasi, jalan sawah, batas perkampungan, pematang, parit, saluran irigasi, dll. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (tinggi dan lebat pematang) kurang 30 cm agar tidak digunakan sebagai tempat bersarang.
- Gerakan bersama (gropyokan massal). Gerakan ini dilakukan serentak pada awal tanam melibatkan seluruh petani. Gunakan berbagai cara untuk menangkap/membunuh tikus seperti penggalian sarang, pemukulan, penjeratan, pengoboran malam, perburuan dengan anjing, dan sebagainya.
- Fumugasi/pengemposan. Fumigasi dapat efektif membunuh tikus dewasa beserta anak-anaknya di dalam sarang. Agar tikus mati, tutuplah lubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar. Lakukan fumigasi selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generatif padi.
- Trap Barrier System (TBS). TBS dengan tanaman perangkap diterapkan terutama di daerah endemik tikus dengan pola tanam serempak. TBS berukuran 20 x 20 m dapat mengamankan tanaman padi dari serangan tikus seluas 15 ha.
- Linier Trap Barrier System (LTBS). LTBS berupa bentangan pagar plastik/terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir bambu setiap jarak 1 m, dilengkapi bubu perangkap setiap jarak 20 m dengan pintu masuk tikus berselang-seling arah. LTBS dipasang di daerah perbatasan habitat tikus atau pada saat ada migrasi tikus. Pemasangan dipindahkan setelah tidak ada lagi tangkapan tikus atau sekurang-kurangnya di pasang selama 3 malam.
- Memanfaatan musuh alami. Cara termudah ini adalah dengan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus sawah, khususnya pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, ular tikus, dan lain-lain.
- Rodentisida, yang merupakan cara kedelapan ini, digunakan hanya apabila populasi tikus sangat tinggi terutama pada saat bera atau awal tanam. Penggunaan rodentisida harus sesuai dosis anjuran.Umpan ditempatkan di habitat utama tikus, seperti tanggul irigasi, jalan sawah, pematang besar, atau tepi perkampungan.
- Cara pengendalian lokal lainnya dengan memanfaatkan cara pengendalian tikus yang biasa digunakan petani setempat, seperti penggenangan sarang tikus, penjaringan, pemerangkapan, bunyibunyian, dan cara-cara lainnya.Tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam padi.